JAKARTA (salam-online.com): Pidato Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin malam (8/10/2012), terkait kisruh
hubungan Polri-KPK menuai pujian dari banyak kalangan, terutama dari
pendukung lembaga anti korupsi itu.
Sambutan yang gegap gempita itu semakin menambah daftar keanehan para pendukung lembaga superbody tersebut.
“Fanatisme pada KPK semakin irasional dan aneh karena mereka justru
bersorak sorai pada Pidato SBY yang mereka anggap mendukung KPK,” ujar
aktivis ’98 Adian Napitupulu (Rabu, 10/10/2012).
Padahal, sambung Adian, isi pidato Presiden SBY itu, 100 persen
sesungguhnya memangkas kewenangan KPK. Seperti jelas terlihat dari
susunan kata dan kalimat dalam pidato SBY,”….Oleh karena itu solusi yang
kita tempuh adalah penanganan korupsi kepada Djoko Susilo ditangani
oleh satu lembaga yaitu KPK, ….”
“Paragraf itu berisi dukungan SBY pada KPK untuk kasus Simulator,” jelas Adian.
Selanjutnya, ungkap Adian, coba cermati baik-baik tiap kata di
Paragraf berikutnya. SBY mengungkapkan, “Tetapi kalau ada kasus
pengadaan barang di Polri, saya dukung diselesaikan di Polri…”
Menurut Adian, di paragraf kedua di atas, dukungan SBY pada KPK
ternyata tidak untuk semua kasus. Tapi hanya untuk kasus Simulator SIM.
Karena untuk kasus (korupsi) pengadaan barang lainnya diselesaikan di
Polri bukan di KPK.
Jadi sebenarnya, kata Adian menyimpulkan, SBY tidak mendukung KPK. Tapi memangkas kewenangan KPK.
“Dengan demikian bisa dikatakan SBY melakukan barter kasus Korupsi
simulator senilai Rp 143 Miliar untuk KPK dengan kasus rekening gendut
yang mencapai Rp 8,6 triliun dan sederet kasus pengadaan barang lain di
Polri yang diserahkan pengusutannya ke Polri,” bebernya.
“Jadi jelas yang didukung (SBY) bukan KPK tapi Polri. KPK kalah. Tapi
anehnya kenapa para fanatik itu bersorak? Membingungkan, sebenarnya
mereka fanatik pada KPK atau pada SBY?” tanya Adian mengakhiri. (rmol/salam-online)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar