Sabtu, 27 Oktober 2012

Alasan Mujahidin Indonesia Timur Tantang Densus 88

JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Isu yang menyebut perang terhadap terorisme telah digunakan penguasa dan aparat negara sebagai proyek untuk meraup dolar dari pihak asing silibis Zionis, jadi salah satu alasan Majelis Mujahidin Indonesia Timur untuk menantang perang Densus 88.

Alasan lainnya, para pemuda Islam yang gigih memperjuangkan Islam telah muak atas segala intimidasi dan teror yang dilakukan oleh para aparat Densus 88.

Setidaknya, ada enam alasan yang menjadi dasar Mujahidin Indonesia Timur menyampaikan surat tantangan pada Densus 88. Enam alasan itu dirilis forum jihad Al Busyro.

Setelah sebelumnya melansir surat tantangan untuk Densus 88, Forum jihad Al Busyro kembali merilis sebuah risalah terkait jihad Poso yang dipelopori oleh Mujahidin Indonesia Timur.

Forum Al Busyro memaparkan secara lengkap risalah yang berjudul ‘Cahaya Islam di Balik Surat Tantangan’. Risalah itu berisi penjelasan kepada umat Islam terkait jihad Poso, termasuk sejarah dan latar belakang ditulisnya surat tantangan Mujahidin Indonesia Timur kepada Densus 88.

Tak hanya itu, risalah yang ditulis Syaikh Abu Ayman Al-Andalusi itu juga memaparkan kekuatan Mujahidin dan Densus 88 jika terlibat perang terbuka.

Dalam risalah itu dipaparkan analisa terkait sikap Polri dan Densus 88 terkait surat tantangan kelompok jihad Islam di Indonesia timur, ‘Sariyatu Tsa’ri wa Dawaa’.

“Pihak Polri yang merupakan lembaga pencetus Densus 88 menanggapinya biasa-biasa saja, bahkan meminta publik untuk tidak terpancing atau terprovokasi. Tetapi, di lapangan mereka segera berkoordinasi dan meminta bantuan TNI untuk bersama-sama menyambut surat tantangan tersebut dan berangkat menuju medan pertempuran di pegunungan Tamanjeka,” kata Syaikh Ayman dalam risalah itu.

Sejumlah kemungkinan terkait sikap ‘diam’ Polri itu juga dipaparkan. “Ini adalah strategi dan konflik mereka, agar Mujahidin lengah dan memancing Mujahidin agar keluar dari area konflik, agar lebih mudah untuk dikalahkan sebagaimana pengalaman yang sudah-sudah atau barangkali mereka memang tidak berani alias pengecut,” demikian risalah itu. (itoday)

Tidak ada komentar: