Selasa, 12 Juni 2012

Pastikan Siswa Miskin Dan Penyebaran Guru

+Komisi II Panggil Kadisdikpora Dan BKD Kampar
BANGKINANG-Oknum di bawah payung Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dituduh bertindak otoriter dalam pendistribusian guru di Kabupaten Kampar. Itu pula menjadi penyebab distribusi tenaga pengajar yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi tidak merata.

Gambaran dunia pendidikan itu mendapat perhatian dari Komisi II DPRD Kampar. Disdikpora dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kampar dipanggil untuk dimintai penjelasannya dalam forum dengar pendapat yang digelar di gedung DPRD Kampar, Senin (11/6) siang.

Hadir pada dengar pendapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi Indra Gamal itu di antaranya, Koordinator Komisi II selaku Wakil Ketua DPRD Syahrul Aidi dan beberapa anggota komisi lainnya. Dengar pendapat juga dihadiri oleh Kepala Disdikpora Jawahir dan perwakilan dari BKD Kampar. 

Anggota Komisi II Sunardi mengungkapkan, dirinya sering mendapat laporan dari pihak sekolah dan UPTD Disdikpora Kampar dalam penempatan guru. Menurut dia, tindak tanduk oknum Disdikpora itu terjadi pada kebanyakan sekolah, khususnya Tapung Hulu dan Gunung Sahilan. Akibatnya, keberadaan guru PNS di sekolah yang terletak di daerah pelosok ada ditermukan nihil.

"Sekolah dan UPTD ditekan agar tidak mempermasalahkan mutasi guru. UPTD tidak bisa berbuat apa-apa, padahal alasan pemerataan sudah dijelaskan. Bahkan, pihak sekolah tidak tahu kalau gurunya sudah dipindahkan," ujar politisi Partai Demokrat ini dalam forum.

Sunardi mengatakan, akibat perilaku "orang dalam" Disdikpora itu menyebabkan ada sekolah negeri hanya memiliki seorang guru PNS. Sementara di daerah sekitar Ibu Kabupaten, jumlah guru PNS ditemukan berlebih.

Sementara itu, Sekretaris Komisi II Ramadhan menyoroti khusus distribusi guru agama. Menurutnya, data yang diperoleh dari sejumlah sekolah, terungkap bahwa keberadaan guru agama sangat minim di daerah pelosok. "Ini harus jadi perhatian kita bersama," katanya. 

Kemudian, Wilson Siregar, politisi dari Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), meminta Disdikpora juga memperhatikan penyebaran guru agama bagi Non-Muslim. Menurutnya, ada dalam satu sekolah terdiri dari lebih dari 15-20 murid Nasrani, namun tanpa penempatan guru agama.

Menanggapi hal itu, Kepala Disdikpora Jawahir mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pendataan. Meski demikian, ia tidak bisa menjamin kapan hasil pendataan itu. Pasca pendataan, sebut dia, Disdikpora akan menggulirkan distribusi global. "Saya belum bisa pastikan. Memang masih dilakukan pendataan," katanya.

Dengar pendapat kemarin berakhir tanpa kesimpulan. Baik dewan maupun Disdikpora serta BKD Kampar tidak menetapkan sebuah kepastian terkait evaluasi penyebaran guru-guru PNS. Buktinya, forum tak hasilkan rumusan tentang langkah strategis untuk menciptakan distribusi PNS secara merata.

Sebelumnya, Kepala SD Negeri 024 Arindo I di Desa Rimba Beringin, Kecamatan Tapung Hulu, Katim mengeluh minimnya tenaga pengajar dari PNS. Di sekolahnya hanya ada dua PNS dari 16 tenaga guru. Satu di antara dua PNS, termasuk dirinya sendiri. Penambahan jumlah PNS selalu diajukan ke pihak Disdikpora setiap tahun, namun tidak ada respon.

Lebih mirisnya lagi di SD Negeri 032 Desa Danau Lancang, Tapung Hulu. Di sekolah ini hanya ada satu PNS dari tujuh tenaga pengajar, yakni Kepala Sekolah. Guru yang sudah mengabdi bertahun-tahun hanya berstatus honor komite dan berpenghasilan Rp. 300.000 per bulan.








32.184 Siswa SD Miskin

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Jawahir memaparkan, setidaknya ada 32.184 orang siswa di Kabupaten Kampar, tergolong miskin. Data itu diperoleh dari daftar siswa yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan pada tahun 2012 ini.

Jumlah sebesar itu masih dari siswa SD saja. Sedangkan untuk jenjang SMP, tercatat siswa kurang mampu sebanyak 3.416 orang. Menurut Jawahir, kepada siswa kurang mampu telah diberikan bantuan siswa miskin Tahap I atau caturwulan pertama. 

Ia menjelaskan, dari 32.184, murid SD yang mendapat kesempatan mendapat bantuan biaya pendidikan tahun ini hanya 11.977 orang. Terdiri dari, bantuan pemerintah pusat jenis Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebanyak 6.773 orang. Siswa yang mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 2.978 orang. "Masing-masing mendapat Rp. 360.000 per siswa dari dana pusat ini," katanya. Ditambahkan, Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari Pemerintah Propinsi Riau sebanyak 2.226 orang.

Selanjutnya, siswa SMP yang mendapat BSM dari Pemerintah Pusat untuk Tahap I berjumlah 2.076 orang. Masing-masing siswa mendapat Rp. 550.000. Kemudian pada Tahap II sebanyak 340 orang dengan jumlah Rp. 275.000 per siswa. Sedangkan bantuan PKH sebanyak 650 orang dengan jumlah Rp. 400.000 per siswa.

Selain itu, lanjut Jawahir, siswa SMP juga BSM penunjang Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Propinsi Riau sebanyak 350 orang. Masing-masing siswa berhak atas duit Rp. 400.000.

Bukan itu saja, curahan dana di dunia pendidikan tahun 2012 ini juga disiapkan oleh Pemkab Kampar. Sebanyak 2.134 siswa dari 278 sekolah yakni, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK. Setiap siswa mendapat Rp. 50.000 per bulan atau Rp. 600.000 setahun. Bantuan itu dinamakan dengan Beasiswa bagi Keluarga Tidak Mampu.



32.184 orang
Bisa dibayarkan melalui dana pusat : 4532 orang.
Bantuan beasiswa 2

360.000

PKH : 2978 orang.
360 ribu per siswa

Dana dari propinsi : 22
300.000

Dana dari pusat :
Tahap pertama : 2076.
550 ribu

Tahap : 23
275 ribu

PKH : 650 orang
400 ribu

Propinsi
BOS 450 orang
360 orang.

Tidak ada komentar: